Sultan Auliya, demikian orang-orang menyebutnya. Beliau adalah seorang ulama besar, kekasih Allah, pemimpin para wali, para sufi, dan memiliki banyak karamah. Beliau tidak lain adalah Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Banyak orang berguru kepadanya, menimba ilmu darinya, serta gandrung dengan nasihat-nasihatnya.
Beliau adalah guru yang telah mewariskan banyak ilmu, di antaranya adalah nasihat dan wirid yang terkumpul di dalam sebuah artikel ini. Sekalipun tidak sezaman dengannya, Anda masih bisa menimba ilmu dari beliau, sosok yang telah diakui kealiman, kearifan kewalian, dan karamahnya oleh seluruh penduduk di dunia
DUA INTI AJARAN SYEKH ABDUL QODIR AL JAILANI
Ajaran beliau berangkat dari kegelisahannya melihat umat Islam yang senantiasa melakukan shalat, puasa, dan pergi haji, tapi semakin jauh dari nilai-nilai luhur Islam.
Untuk itu, Syekh Abdul Qadir menyimpulkan bahwa permasalahannya berasal dari dalam diri manusia. Syekh Abdul Qadir juga mengkritik praktik Islam warisan. Bagaimana pun, berislam tidak bisa diperoleh melalui warisan dan simbol-simbol fisik seperti bersarung lengkap dengan baju Koko dan Kopiah.
“Beragama Islam artinya memasrahkan dirimu (lahir-bathin) kepada Allah, dan menyerahkan kalbumu semata-mata kepada-Nya,” begitulah sabda Rasulullah yang mengilhami Syekh Abdul Qadir.
ada 2 hal yang melandasi inti ajaran Tarekah Qadiriyah ini, yaitu:
1. Berserah diri (lahir-bathin) kepada Allah. Seorang muslim wajib menyerahkan segala hal kepada Allah, mematuhi perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.
2. Mengingat dan menghadirkan Allah dalam kalbunya. Caranya, dengan menyebut Asma Allah dalam setiap detak-nafasnya.
Bagaimana pun, dzikrullah adalah suatu perbuatan yang mampu menghalau karat lupa kepada Allah, menggerakan keikhlasan jiwa, dan menghadirkan manusia duduk bertafakur sebagai hamba Allah.
Hal ini merujuk pada hadistriwayat Ibnu Abid Dunya dari Abdullah bin Umar berikut:
Sebenarnya setiap sesuatu ada pembersihnya, dan bahwa pembersih hati manusia adalah berdzikir, menyebut Asma Allah, dan tiadalah sesuatu yang lebih menyelamatkan dari siksa Allah kecuali dzikrullah. Kedua hal ini, menurut Syekh Abdul Qadir, akan membawa seorang manusia senantiasa bersama Allah. Sehingga segala aktivitasnya pun bernilai ibadah. Lebih lanjut, beliau juga menandaskan bahwa keimanan ini merupakan landasan bagi terwujudnya tatanan sosial yang lebih baik lagi. Lebih jauh, sebuah tatanan negara yang Islami dan memenuhi aspek kebaikan universal.
Suthan Auliya Syekh Abdul Qodir Al Jailani
KITAB FUTUHUL GHAIB
Mutiara Karya Syeikh Abdul Qadir Jailani